Minggu, 24 Juni 2012
Sabtu, 16 Juni 2012
analisis kelayakan bpr
|
STRENGTH(S)
ü Dukungan kuat dari
pemegang saham untuk menambah modal atau menampatkan dana dalam bentuk
deposito.
ü Dukungan kuat dari
beberapa deposan corporate untuk menjadi deposan tetap.
ü Adanya jaringan atau
hubungan dengan berbagai bank umum untuk mempermudah menerima setoran dari
nasabah.
ü Beragamnya jenis
tabungan dan deposito serta kredit yang sifatnya fleksible sehingga
memberikan keleluasan nasabah untuk memilih.
ü Bunga kredit lebih
rendah dari pesaing dan bunga simpanan competitive.
|
WEAKNESS (W)
ü
Terbatasnya tenaga pemasar / Account Officer khususnya
maupun bagian lainnya.
ü Sumber Daya manusia
masih perlu ditingkatkan kemampuannya, khususnya dibidang perkreditan.
ü
System komputer di BPR Padang Tarab masih terdapat
kekurangan sehingga memperlambat proses perbankan sehari-hari karna masih ada
yang diperiksa atau dihitung manual.
ü Media promosi hanya
melalui personal selling dan brosur serta Radio.
ü Perlu ditambahnya
tenaga marketing.
ü Masih lambatnya proses analisis kredit.
ü Atas hasil
pemeriksaan Bank Indonesia
periode Februari 2011, masih adanya berbagai kelemahan
|
OPPORTUNITY (O)
ü
Bank yang berlatar belakang LPN dan sudah lama berdiri.
ü
Masih banyak masyarakat atau sector usaha kecil dan mikro
yang belum tersetuh oleh bank.
ü
Perhatian dan upaya pemerintah untuk meningkatkan peran
UKM dalam perekonomian Indonesia
masih tinggi.
ü
Tingginya animo masyarakat untuk memperoleh kredit bank
khsusnya kredit modal kerja.
ü
Adanya peningkatan nilai penjaminan simpanan dari LPS
|
S O
·
Memperluas funding & lending setiap bulannya.
·
Meningkatnya pangsa pasar kredit, tabungan & deposito
·
Mengembangkan organisasi pemasaran
|
W O
·
Menambahn tenaga pemasar, back office dan internal
control.
·
Memberikan kesempatan kpd karyawan untuk mengikuti
pelatihan/ketrampilan
·
Menambah anggaran untuk promosi
|
THREAT (T)
ü
Persaingan sesama BPR ,lembaga keuangan mikro maunpun
Bank Umum yang membuka untuk usaha mikro cukup tinggi dan cenderung
meningkat.
ü
Bunga deposito yang diberikan Bank Umum hampir sama atau
mendekati bunga di BPR.
ü
Peningkatnya pemasar-pemasar baru seperti bank-bank umum
untuk sama-sama menggarap pangsa pasar BPR khususnya di bidang kredit.
ü
Meningkatnya animo investor untuk mendirikan BPR baru.
ü
Banyaknya lembaga-lembaga leasing yang membuka usaha
pemberian pinjaman berupa uang tunai cukup dengan jaminan BPKB, uang langsung
bias dibawa pulang
|
S T
·
Menyesuaikan bunga deposito
·
Meningkatkan kualitas pelayanan
·
Mereview persyaratan kredit dan prosedur pemberian kreditr
|
W T
·
Menambah karyawan
·
Meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik
·
Memperingan persyaratan kredit dan mempercepat proses
kredit.
|
Kesimpulan :
·
Memperluas fanding dan lending dan memaksimalkan daerah
operasional yang sudah ada
·
Mengembangkan organisasi / karyawan bagian pemasaran baik
leanding maupun fanding
·
Meningkatkan kualitas pelayanan, dan mereview persyaratan
kredit maupun prosedur penyelesaian serta menyamakan persebsi untuk
menyelesaikan kredit bermasalah (macet)
·
Mengembangkan kemampuan karyawan melalui pelatihan khususnya
analisa untuk pemberian kredit serta prosedur pencairan yang simpel
·
Menambah anggaran promosi
·
Membuka kantor baru minimal kantor kas di daerah yang
dianggap potensial.
|
Pengaruh Realisasi Kredit (X1( dan Simpanan Pada Bank Lain (X2) Terhadap Tingkat profitabilitas (Y)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Umum BPR Padang
Tarab
4.1.1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya BPR Padang Tarab
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Padang Tarab, pada awal
pendiriannya merupakan Lumbung Pitih Nagari (LPN), yang berkedudukan di Nagari
Padang Tarok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Lumbung Pitih Nagari merupakan
suatu lembaga simpan pinjam yang berada di Nagari-Nagari daerah tingkat I
Sumatera Barat.
Lumbung Pitih Nagari (LPN) merupakan proyek yang secara
operasional didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No.
15/GSB/1968 tanggal 18 Maret 1968, dan dilanjutkan dengan SK No. 43/GSB/1974
tanggal 30 Maret 1974.
Lumbung Pitih Nagari Padang Tarab didirikan berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 21/GSB/1975 tanggal 30 Maret 1975.
Pendirian LPN Padang Tarab ini bersamaan dengan pembentukan 50 (lima puluh)
proyek LPN di nagari-nagari lainnya dalam wilayah Sumatera Barat. Tujuan utama
pembentukan LPN-LPN ini adalah sebagai sarana penyokong perekonomian masyarakat
pedesaan di Surnatera Barat dengan konsep usaha simpan pinjam. Dalam perjalanan
usahanya Lumbung Pitih Nagari Padang Tarab mendapat sambutan yang baik di
tengah-tengah masyarakat. Masyarakat sangat antusias sekali dengan adanya LPN
Padang Tarab ini, terutama sekali dalam bidang peminjaman uang dimana
masyarakat selama ini umumnya mendapatkan pinjaman melalui kredit-kredit liar
dengan sistim pengembalian sangat memberatkan bagi perekonomian mereka.
Antusias masyarakat peminjam sangat mendukung
perkembangan dan kemajuan LPN Padang Tarab. Dari kemajuan yang dicapai
menyebabkan Lumbung Pitih Nagari Padang Tarab mendapat perhatian dari
pemerintah daerah Sumatera Barat dengan menjadikan Lumbung Pitih Nagari Padang
Tarab sebagai LPN percontohan berdasarkan SK Gubernur Sumatera Barat No.
143-394-1988. Perhatian pemerintah ini didukung dengan pemberian bantuan modal
kerja sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dalam bentuk kredit lunak
dengan jangka waktu pengembalian selama lima tahun.
Dengan prinsip keanggotaan dan kekeluargaan, LPN Padang
Tarab memberikan persyaratan-persyaratan yang mudah bagi anggota baru untuk
masuk sebagai anggota LPN Padang Tarab, sehingga anggota yang masuk bukan saja
berasal dari Nagari Padang Tarok, tetapi dari nagari-nagari lain di wilayah
Kecamatan Baso.
Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Daerah
Tingkat I Sumatera Barat No. 143-394-1988 pasal 3 dan Anggaran Dasar LPN pasal
2 dan 3 yang berbunyi: "LPN adalah badan usaha simpan pinjam yang dimiliki
oleh masyarakat di wilayah kecamatan dimana LPN itu berada."
Dalam arti secara tidak langsung wilayah kerja LPN Padang
Tarab telah mengalami perluasan, tidak hanya khusus untuk nagari Padang Tarok. Dengan
di keluarkannya Paket Deregulasi tanggal 27 Oktober 1988 dibidang keuangan dan
perbankan mengenai bank-bank pedesaaan, banyak muncul bank-bank lain, tidak
ketinggalan Bank Perkreditan Rakyat dengan misi utama adalah membangun
perekonomian masyarakat dalarn sektor-sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
sebagai usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Pendirian Bank Perkreditan Rakyat ini dengan modal
minimum Rp 50 juta dan telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, baik mengenai organisasi, pennodalan, kepemilikan, keahlian
dibidang perbankan dan hal lainnya. Lembaga keuangan yang bisa menjadi Bank
Perkreditan Rakyat tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia nomor 21/5/BPPP,
tanggal 27 Oktober 1988 sebagai penjelasan Keputusan Presiden No. 38 tahun
1988, tanggal 27 Oktober 1988 tentang pendirian Bank Perkreditan Rakyat yang
berbunyi :(Himpunan Ketentuan, Kebijaksanaan Moneter dan Perbankan;23)
"Dalam Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri
Keuangan tersebut ditetapkan bahwa bank
perkreditan rakyat (BPR) adalah bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank
pegawai dan lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Polok-pokok perbankan. Disamping
lembaga-lembaga kredit pedesaan lainnva yang pada saat ini beroperasi sama
dengan bank-bank yang tersebut diatas, seperti Badan Kredit Kecamatan Lumbung
Pitih Nagari (LPN) dan Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) digolongkan pula
sebagai BPR.. Dengan demikian untuk
selanjutnya lembaga-lembaga
tersebut sejak dikeluarkannya peraturan ini dalam menjalankan usahanya harus
mengikuti ketentuan ini.
Berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah RI, yang dikenal
dengan Pakto 1988, bahwa seluruh lembaga keuangan yang ada di pedesaan harus
memilih menjadi BPR atau Koperasi, maka untuk menjamin kelangsungan hidup LPN
Padang Tarab yang menjalankan kegiatannya sesuai dengan peraturan dan kebijakan
dibidang keuangan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik Pemerintab Daerah
maupun Pemerintah Pusat, maka atas dasar persetujuan dari anggota LPN Padang
Tarab ditingkatkan statusnya menjadi Bank Perkreditan Rakyat Lumbung Pitih
Nagari Padang Tarab (BPR PADANG TARAB) berdasarkan akta Notaris Zamri, SH No.
4018/1990 yang berkedudukan di Padang, dalam bentuk BPR Gaya Lama dan
diresmikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Bapak JB Sumarlin pada
tanggal 30 Oktober 1990 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI. No.
501/KM.13/1990, tanggal 25 Oktober 1990.
Lebih lanjut Bank Perkreditan Rakyat diatur dengan
Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998. Perubahan status LPN menjadi BPR semakin
memperluas wilayah kerja BPR Padang Tarab. Sewaktu masih menjadi LPN wilayah
kerjanya hanya Kecamatan Baso, setelah berubah menjadi BPR wilayah kerjanya
tidak hanya di Kecamatan Baso saja, tetapi telah mencapai Kecamatan IV Angkat
Candung, Kotamadya Bukittinggi, dan Kabupaten Lima Puluh Kota serta Kabupaten
Tanah Datar.
Sesuai dengan peraturan
pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dengan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat
pada Bab I pasal 2 dinyatakan bahwa bentuk hukum suatu BPR dapat berupa
Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perusahaan Daerah, maka atas kesepakatan
seluruh anggota pemegang saham BPR Padang Tarab telah memilih bentuk hukum BPR
bebentuk Perseroan Terbatas (PT). Untuk merealisir maksud tersebut maka
pengurus semenjak tahun 2003 bersama dengan pihak Bank Nagari (BPD) Sumatera
Barat telah melaksanakan pengurusan yang saat ini telah berubah status menjadi
PT. Bank Perkreditan Raknyat (BPR) Padang Tarab.
Berdasarkan peraturan Daerah
tahun 1982 tentang pendirian BPR, tujuan pendiriannya adalah sebagai berikut:
·
Mendorong pembangunan ekonomi rakyat Desa, Kelurahan
melalui tabungan
terarah serta penyaluran modal yang bemanfaat.
·
Membentuk dan
menghimpun modal untuk pembangunan Desa atau kelurahan.
·
Menciptakan pemerataan dalam kesempatan berusaha bagi
warga dan tenaga kerja di pedesaan atau kelurahan.
Sesuai dengan perkembangan BPR
dalam mengikuti persaingan yang telah berubah statusnya menjadi BPR, untuk
mencapai tujuan dimaksud maka BPR melaksanakan usaha-usaha atau
kegiatan-kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat (tabungan dan deposito) dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Ruang lingkup usaha dari BPR
Padang Tarab tidak hanya menghimpun dana dari masyarakat tetapi juga
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan untuk meningkatkan
usaha mereka. Dalam arti BPR Padang Tarab telah menjalankan fungsi intermediasi
perbankan antara dana surplus dengan dana deficit. Dengan adanya penyaluran
dana dari BPR tersebut telah membuka lapangan usaha sendiri bagi masyarakat
yang memiliki potensi tetapi kekurangan dalam bidang pendanaan.
4.1.2
Struktur Organisasi PT. BPR Padang Tarab dan Ruang Lingkup Usaha
Struktur organisasi PT. BPR
Padang Tarab berbentuk garis yang terdiri dari bennacam-macam bagian, dimana
setiap bagian dipimpin oleh orang yang terpilih dari bagian yang lebih tinggi,
sehingga dapat serasi antara tugas dan tanggung jawab terhadap masing-masing
bagian yang di pimpinnya.
Struktur organisasi dalarn
suatu perbankan/lembaga keuangan sangat penting artinya, karena maju mundurnya
suatu perusahaan sangat ditentukan oleh organisasi yang baik. Artinya dengan
struktur yang baik akan lebih mudah untuk mengatur jalannya aktivitas dari
lembaga keuangan bank maupun perusahaan.
Struktur organisasi dalarn
suatu perbankan/lembaga keuangan sangat penting artinya, karena maju mundurnya
suatu perusahaan sangat ditentukan oleh organisasi yang baik. Artinya dengan
struktur yang baik akan lebih mudah untuk mengatur jalannya aktivitas dari
lembaga keuangan bank maupun perusahaan. Beberapa manfaat dari struktur dan
bagan organisasi adalah: (Sutarto,1983;11)
·
Untuk dapat mengetahui besar kecilnya suatu perusahaan
·
Untuk dapat
mengetahui suatu organisasi apa saja yang ada
·
Untuk mengetahui perincian aktiva masing-masing
organisasi
·
Untuk dapat
mengetahui garis saluran wewenang
·
Untuk dapat mengetahui jabatan yang ada
·
Untuk dapat mengetahui pangkat dan jabatan
·
Untuk mengetahui kedudukan serta pengelompokan suatu
organisasi
·
Untuk mengetahui jumlah pejabat
STRUKTUR ORANISASI PT. BANK
PERKREDITAN
|
|
|||||
Sumber PT. BPT
Padang Tarab
Untuk lebih jelasnya tentang struktur
organisasi Bank Perkreditan Rakyat Padang Tarab Kecamatan Baso yang berbentuk
garis, akan diuraikan di bawah ini:
1.
Rapat Umum Pemegang Sahan (RUPS)
Fungsi :
a.
Menerima dan mengesahkan Laporan dan pertanggung jawaban
direksi dan komisaris tentang perjalanana Bang dalam satu tahun buku
b.
Memberikan persetujuan atas rencana kerja tahun yang akan
datang yang diajukan oleh Direksi yang telah disetujui oleh Kornisaris
c.
Mengangkat dan memberhentikan pengurus BPR (Direksi dan Komisaris)
2. Dewan Komisaris
Bertanggung jawab kepada Rapat
Umum Pemegang Saham
Tugas
a.
Menetapkan kebijaksanaan umum Bank Perkreditan Rakyat
b.
Melakukan pengawasan terhadap Bank Perkreditan Rakyat
c.
Pengendalian dan pernbinaan terhadap Bank Perkreditan
Rakyat
Fungsi:
a.
Penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan Bank
Perkreditan Rakyat
b.
Memberikan persetujuan dan melakukan pengawasan atas
Rencana Kerja Bank
Perkreditan Rakyat
c.
Kebijaksanaan anggaran dan keuangan Bank Perkreditan
Rakyat
d.
Usaha pembinaan dan pengembangan Bank Perkreditan Rakyat
3. Direksi
Bertanggung jawab terhadap
Rapat Umum Pemegang Saharn
Tugas:
a.
Menyusun rencana kerja dan anggaran Bank Perkreditan
Rakyat
b.
Melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas Bank
Perkreditan Rakyat
c.
Melakukan pernbinaan dan pengendalian terhadap bagian-bagian
berdasarkan asas keseimbangan dan keserasian
Fungsi
a. Pemimpin Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Dewan
Komisaris
b. Penetapan
kebijaksanaan untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan Dewan
Komisaris
c. Penyusunan dan
perryampaian rencana kerja tahunan dan anggaran Bank Perkreditan Rakyat kepada
Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komisaris yang meliputi kebijaksanaan
dibidang organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian, umum dan
pengawasan untuk mendapatkan pengesahan.
d. Penyusunan dan
penyampaian laporan hasil usaha berkala serta kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
setiap 6(enam) bulan sekali kepada RUPS melalui Dewan Komisaris
4. Internal Audit
Tugas:
Melakukan pengawasan intern
atas kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
Fungsi
a.
Pengawasan atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja Bank Perkreditan Rakyat, penyelenggaraan tata kerja dan prosedur dari
unit-unit organisasi menurut ketentuan yang berlaku serta pengawasan keamanan
clan ketertiban Bank Perkreditan Rakyat
b.
Pemberian penilaian terhadap kegiatan operasional Bank
Perkreditan Rakyat secara berkala
c.
Pengauditan atas administrasi keuangan dan pengelolaan
penggunaan dana seluruh kekayaan milik Bank Perkreditan Rakyat
d. Supervisi atas agunan
dan lain-lain jaminan yang diterima oleh Bank Perkreditan Rakyat berupa saran
dan pertimbangan-pertimbangan mengenai langkah-langkah dan tindakan-tindakan
yang perlu diambil dibidang tugasnya
5. Kabid Pemasaran
Bertanggung jawab kepada
Direksi
Tugas:
Mengusahakan dan
mengkoordinasikan pengembangan dana Bank Perkreditan Rakyat dan melakukan
penyaluran dana dan Realisasi kredit
Fungsi
a. Koordinasi, pengawasan da pengarahan
terhadap kegiatan dan elaksanaan tugas bawahannya
b. Pengembangan dana Bank
Perkreditan Rakyat
c. Administrasi keluar
masuk dana Bank Perkreditan Rakyat
d. Penelitian dan
penandatanganan voucher laporan mutasi dana Bank Perkreditan Rakyat
e.
Pemberian saran dan pertimbangan mengenai langkah-langkah
yang perlu diambil dibidang tugasnya
6. Kabid. Umum
Bertanggung jawab kepada
Direksi
Fungsinya
a. Mempersiapkan,
menyelenggarakan dan menyediakan kebutuhan kantor meliputi perlengkapan dan inventaris
kantor
b. Menyimpan, mengatur
dan mengelola arsip, bukti-bukti pembukuan dan surat-surat penting Bank
Perkreditan Rakyat lainnya.
c. Mengirimkan laporan
intern dan ekstern Bank Perkreditan
4.1.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Masyarakat,
Tabungan dan Deposito
Sebagaimana kita ketahui pada umumnya seluruh lapisan
masyarakat mempunyai minat untuk menabung,
temasuk masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Disebabkan kurangnya
pengetahuan mereka tentang perbankan dan produk-produk bank serta tatacara
menabung dan jurnlah uang yang akan mereka tabungkan tidak seberapa, maka
keinginan untuk menabung tadi mereka buang jauh jauh dari angan-angan mereka.
Terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat kota, sehingga untuk
mengantarkan uang yang akan ditabungkan dibutuhkan biaya yang besar dan
beresiko tinggi. Oleh sebab itu terjadilah dana menganggur ditangan masyarakat
dalam bentuk simpanan di bawah bantal ataupun dalam bentuk simpanan perhiasan
emas yang artinya dana tersebut tidak produktif oleh masyarakat.
Untuk merangkul keinginan masyarakat sebagaimana
di atas dan dalain rangka menghadapi persaingan antar bank yang semakin ketat
terutama antar sesama BPR, dalam memperoleh dana murah yang bersumber dari masyarakat
dalam bentuk tabungan dan deposito, serta untuk menumbuhkan minat menabung bagi
masyarakat, terutama bagi masyarakat di pedesaan maka BPR Padang Tarab
menerapkan suatu Kebijaksanaan sistem tabungan jemput antar ke rumah-rumah
penduduk yang lebih dikenal dengan istilah "Tabungan Bajapuik".
Dana yang terletak di BPR Padang Tarab pada saat
ini keseluruhannya bersumber dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan setoran
modal saham oleh anggota BPR Padang Tarab. Dana dari pihak lain selain dari
nasabah BPR Padang Tarab seperti pinjaman dari Pemerintah dan Bank Pemerintah
pada 3(tiga) tahun terakhir tidak ada diterima oleh BPR Padang Tarab.
Dari mulai berdirinya sampai saat sekarang ini BPR
Padang Tarab dengan wilayah operasional Kecamatan Baso dan wilayah lainnya yang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Baso terus mengalami perkembangan yang
positif, baik dalam jumlah dana yang terhimpun maupun dalam jumlah dana yang
disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Berpedoman kepada Undang-undang Perbankan RI No.7 tahun 1992 yang
disempurnakan dengan Undang-undang Perbankan RI No.10 tahun 1998 pasal 13, maka
kegiatan usaha yang dilakukan oleh
PT. BPR Padang Tarab adalah:
4.1.3.1. Penghimpunan Dana dan Komposis Penghimpunan
Dalam usaha meningkatkan
penghimpunan dana dari masyarakat PT. BPR Padang Tarab mengeluarkan beberapa jenis/bentuk simpanan yaitu:
a. Tabungan.
Tabungan merupakan simpanan masyarakat pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Dan tabungan ini biasanya diberi jasa bunga
sesuai dengan ketentuan bank yang bersangkutan. Dalam memasarkan Produk
tabungan ini PT. BPR Padang Tarab mengeluarkan beberapa jenis Tabungan yaitu:
- Tabunga Bajapuik, dengan
persyaratan dan ketentuan sebagai berikut:
• Setoran
pertama minimal Rp 5.000,00
• Setoran
selunjutnya minimal Rp 10.000,00 • Tingkat
suku bunga 4 % p.a
b. Deposito berjangka.
Deposito berjangka adalah simpanan masyarakat yang
ada pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Untuk menarik minat
masyarakat untuk mendepositokan dananya pada PT. BPR Padang Tarab, maka BPR
Memberikan tingkat bunga yang cukup menarik dan kompetitif serta dengan
persyaratan yang mudah. Berikut dapat kita lihat komposisi penghimpunan
dana pihak ketiga termasuk deposito dan
tabungan dan simpanan pada bank lain pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Penghimpunan Dana dan Komposisi Penghimpunan
Penghimpunan Dana dan Komposisi Penghimpunan
(Tahun 2007-2011)
(Rp 000,00)
(Rp 000,00)
No
|
Tahun
|
Tabungan
|
%
|
Deposito
|
%
|
1
|
2007
|
2,516,575
|
-
|
563,500
|
-
|
2
|
2008
|
3,519,103
|
0,02
|
733,400
|
0,27
|
3
|
2009
|
3,451,308
|
-
0,14
|
1,001,985
|
0,09
|
4
|
2010
|
4,001,728
|
0,10
|
1,097,485
|
0,20
|
5
|
2011
|
4,487,115
|
0,28
|
1,372,985
|
0,23
|
Sumber data: Laporan Keuangan PT.BPR Padang Tarap
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa penghimpunan dana tabungan
untuk tahun 2009 mengalami penurunan 0,14 %. sedangkan kenaikan terbesar
penghimpunan tabungan selama lima tahun
terjadi pada tahun 2011 yaitu 0,28%. Kalau dilihat dari segi deposito,
setiap tahunnya mengalami peningkatan, untuk tahun 2008 sebesar 0,27% ini
merupakan peningkatan tertinggi selama lima tahun terakhir, dan perolehan
kenaikan terentah yaitu pada tahun 2009 yaitu 0,09% saja.
4.1.3.2 Pemberian Pinjaman dan Simpanan Pada Bank Lain
Untuk memproduktifkan dana masyarakat
yang telah dihimpun oleh BPR Padang Tarab sekaligus untuk mendapatkan
keuntungan guna membiayai operasilonal, serta untuk menjamin kelanjutan usaha
BPR dimasa yang akan datang, maka
sebagian dana tersebut disalurkan kembali kepada Masyarakat dalam bentuk Realisasi
kredit dan kelebihan dana yang tidak disalurkan untuk kredit tersebut disimpan
pada bank lain
Penyaluran dana melalui Realisasi
kredit yang telah dilakukan oleh BPR Padang
Tarab 5 (lima) tahun terakhir dan penempatan dana pada bank lain dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Komposisi Realisasi Kredit dan Penempatan Dana Pada Bank Lain
Komposisi Realisasi Kredit dan Penempatan Dana Pada Bank Lain
(Tahun 2007-2011)
(RP 000,00)
(RP 000,00)
No
|
Tahun
|
Realisasi Kredit
|
%
|
Penempatan Dana Pada Bank Lain
|
%
|
1
|
2007
|
2.653.534
|
-
|
1.001.750
|
-
|
2
|
2008
|
3.296.928
|
0,19
|
1.743.548
|
0,42
|
3
|
2009
|
4.411.732
|
0,20
|
1.473.281
|
-0,18
|
4
|
2010
|
4.393.178
|
0,06
|
1.868.910
|
0,21
|
5
|
2011
|
4.811.754
|
0,87
|
2.066.672
|
0,10
|
Sumber
data: Laporan Keuangan PT.BPR Padang
Tarab
Bila dilihat dari jumlah
kredit yang diberikan yang digambarkan pada tabel diatas pada bank BPR Padang
Tarab mengalami peningkatan setiap tahunnya ini disebabkan karena dana yang ada
pada bank jumlahnya banyak jadi kredit yang dialurkan juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah kredit yang disalurkan meningkat
sebesar 0,19%. Pada tahun 2011 meningkat
sebesar 0,87%. Peningkatan penyaluran kredit terendah pada tahun 2010 hanya
0,06%. Bila dilihat dari penempatan dana pada bank lain untuk lima tahun
terahir mengalami fluktuasi dan pada tahun 2009 turun 0,18%, ini sebenarnya
baik untuk perkembangan usaha BPR karena dana yang terhimpun banyak yang
digunakan untuk realisasi kredit. Persentase penempatan terbesar terjadi pada
tahun 2008
yaitu 0,42 %
4.1.3.3. Profitabilitas PT. BPR Padang Tarab dan
Rasio Keuangan
Profitabilitas bank
adalah merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan (Laba) selama
periode tertentu. Keuntungan yang diperoleh tersebut oleh Bank terutama sekali
berasal dari penggunaan dana atau modal kerja untuk Realisasi kredit kepada
masyarakat.
Untuk mendukung penelitian,
penulis juga menggunakan analisis rasio yang berhubungan dengan sumber dana
masyarakat serta tingkat profitabilitas yang terdiri atas :
1.
Analisis LDR (Loan
to Deposit Rasio), yaitu untuk melihat rasio perbandingan antara total
penghimpunan dana masyarakat dengan total kredit yang telah disalurkan dengan
rumus perhitungan sebagai berikut : (Sutojo
(1997:117)
Loan to Deposit Ratio (LDR) PT. BPR Padang Tarap untuk periode tahun
2007 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel
Tabel
4.5.
PT. BPR Padang Tarap Loan to Deposit Ratio (LDR)
(Tahun 2007-2011)
(Tahun 2007-2011)
Tahun
|
Pemberian
Kredit
(Rp 000)
|
Dana Pihak
Ke Tiga
(Rp 000)
|
Modal
sendiri
(Rp 000)
|
LDR
(%)
|
|
||||
2007
|
2.653.534
|
3.080.075
|
350.000
|
77,36
|
2008
|
3.296.928
|
4.252.503
|
350.000
|
71,63
|
2009
|
4.411.732
|
4.453.293
|
350.000
|
91,84
|
2010
|
4.393.178
|
5.099.213
|
350.000
|
80,62
|
2011
|
4.811.754
|
5.860.096
|
650.000
|
77,48
|
Sumber data: laporan keuangan PT.
.BPR Padang Tarap Lampiran
*Data diolah pada Lampiran
Dari
tabel diatas dapat digambarkan bahwa realisasi
kredit, dana pihak ketiga setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pemberian
kredit pada tahun 2007 sebesar 2.653.534 ribu meningkat menjadi 3.296.928 ribu pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 sebesar 4.411.732.
Begitu juga dengan perkembangan dana pihak ketiga pada tahun 2008 juga mengalmi
peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 4.252.503 ribu meningkat menjadi 4.453.293ribu tahun 2009. Pada tahun 2010 sebesar 5.099.213 ribu, tahun 2011 sebesar 5.860.096. Sedangkan untuk modal sendiri untuk tahun 2007
sampai dengan tahun 2010 tetap yaitu sebesar 350.000 ribu dan tahun 2011
terjadi penambahan sehingga berjumlah 650.000 ribu.
Bila dilihat dari rasio perbandingan
antara total penghimpunan dana masyarakat dengan total kredit yang telah
disalurkan setiap tahunnya mengalami kenaikan, pada tahun 2007 sebesar 77,36 %,
pada tahun 2008 sebesar 71,63 % sedangkan kenaikan tertinggi yaitu pada tahun
2009 yaitu sebesar 91,84 %. Bila dilihat secara keseluruhan selama kurun waktu
lima tahun terakhir rasio perbandingan antara total penghimpunan dana
masyarakat dengan total kredit yang telah disalurkan rata-rata setiap tahunnya
adalah 79,90%.
2.
Analisis ROE (Return
On Equity), merupakan rasio untuk mengetahui efisien perusahaan dengan
melihat kepada kecepatan perputaran asset dalam suatu periode tertentu dengan
rumus perhitungan sebagai berikut :
(Sutojo (1997:117)
Tabel 3.4.
PT. BPR Padang Tarap
Komposisi Profitabilitas dan Total Asset
(Tahun 2007-2011)
(RP 000)
PT. BPR Padang Tarap
Komposisi Profitabilitas dan Total Asset
(Tahun 2007-2011)
(RP 000)
Tahun
|
Profitabilitas
|
%
|
Total Asset
|
*
ROA
%
|
2007
|
133.974
|
-
|
3.999.343
|
3,35
|
2008
|
140.254
|
0,04
|
5.384.833
|
2,60
|
2009
|
178.003
|
0,21
|
6.020.481
|
2,96
|
2010
|
202.435
|
0,12
|
6.881.546
|
2,94
|
2011
|
223.277
|
0,09
|
7.414.512
|
3,01
|
Sumber data Laporan Keuangan PT.BPR
Padang Tarap
* Data diolah pada Lampiran
Bila dilihat dari komposisi Profitabilitas dan total asset yang
digambarkan pada tabel diatas, pada BPR Padang Tarap mengalami peningkatan
setiap tahunya. Dimana selama kurun waktu lima tahun bank tidak pernah
mengalami kerugian. Pada tahun 2007 laba yang diperoleh bank sebesar 133.974 ribu meningkat pada tahun 2008 yaitu 140.254, begitu juga pada tahun 2009 sebesar 178.003 meningkat drastis pada tahun 2010
sebesar 202.435. Bila dilihat dari
asset yang dimiliki bank BPR Padang Tarap juga mengalami peningkatan setiap
tahunya. Pada tahun 2007 sebesar 3.999.343
ribu meningkat menjadi 5.384.833 ribu
tahun 2008, pada tahun 2009 total
asset sebesar 6.020.481 ribu dan pada
tahun 2011 sebesar 7.414.512
Bila dilihat dari
komposisi profitabilitas yang digambarkan pada tabel diatas, pada BPR Padang
Tarab mengalami peningkatan setiap tahunya. Dimana selama kurun waktu lima tahun bank tidak pernah mengalami kerugian.
Pada tahun 2007 laba yang diperoleh bank sebesar Rp.133.974 ribu
tahun 2008 yaitu Rp.140.254, atau 0,04% begitu juga pada tahun 2009
sebesar Rp.178.003 ribu atau walaupun persentase peningkatannya kecil.
Selain itu, efisien perusahaan dengan
melihat kepada kecepatan perputaran asset setiap tahunnya mengalami fluktuasi,
pada tahun 2007 efisiensi perusahaan sebesar 3,35%, pada tahun 2008, 2,60%,
Sedangkan untuk tahun 2011 efisiensi perusahaan dalam perputaran asset sebesar
3,01 %. Jadi secara keseluruhan selama kurun waktu lima tahun terakhir PT.BPR
Padang Tarab dalam menjalankan perusahaan guna memutarkan asset yang dimiliki
untuk menghasilkan laba masih sangat efisien dan dengan rata-rata tiap tahunnya
sebesar 2,93 %.
Dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil maupun
spiritual berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang
merupakan tujuan dan keinginan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sebagai
mana terdapat dalam tujuan pembangunan Nasional yang berazaskan kekeluargaan
dan kebersamaan. Tujuan dari pembangunan ekonomi ini perlu dijaga dan
dilestarikan supaya dapat dilaksanakan dan dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat dari waktu ke waktu dan penyebaran yang merata dari hasil
pembangunan dapat diwujukkan melalui kebijaksanaan yang serasi antara lain
dibidang perkreditan rakyat.
Untuk mengembangkan
dan melanjutkan tujuan pembangunan ekonomi ini maka pemerintah harus memberikan
perhatian khusus kepada pengusaha-pengusaha khususnya pengusaha kecil yang
berada disetiap daerah diseluruh Indonesia. Dengan dibinanya para pengusaha
kecil ini dapat menumbuhkan dan mengembangkan dunia usaha dimana dengan semakin
berkembangnya dunia usaha ini maka dapat menampung jumlah tenaga kerja yang
lebih banyak lagi sehingga jumlah pengangguran semakin berkurang selain itu
juga dapat menggerakkan perekonomian Indonesia pada masa yang akan datang.
Dengan semakin
bergeraknya perekonomian Indonesia ini maka diperlukan sarana yang tepat guna
menyeimbangkan antara pengumpulan dan penyaluran dana guna membantu para
pengusaha kecil . Sarana yang dibutuhkan itu antara lain sarana perbankan yang
mempunyai hubungan langsung dengan perusaha kecil dimana dalam menghimpun dan
menyalurkan dana perbankan mempunyai fungsi yang sangat strategis karena semua
kegiatan usaha memerlukan kredit yang tidak sedikit jumlahnya guna mendukung
kelancaran usaha mereka.
Pada saat sekarang
ini seluruh kegiatan usaha atau industri baik yang berskala besar maupun yang
berskala kecil mempunyai hubungan yang sangat erat dengan dunia perbankan,
dimana mereka membutuhkan kredit sebagai modal usaha mereka disamping modal
mereka sendiri, maka oleh sebab itu tujuan utama dan bank itu sendiri adalah
memberikan kredit atau bantuan modal kepada para pengusaha atau industri dengan
menyerahkan barang atau benda lain sebagai jaminan oleh bank dalam rangka
pengembalian kredit bank. Oleh sebab itu dunia perbankan sangat dibutuhkan oleh
dunia usaha non bank, maka pemerintah pun mengeluarkan kebijakan -kebijakan
kepada pihak swasta untuk menanamkan modal mereka dalam dunia perbankan dengan memberikan izin kepada pihak swasta
untuk mendirikan bank-bank
Salah satu bank yang
berperan itu antara lain adalah BPR Padang Tarab. Peran Bank ini sangat terasa
manfaatnya bagi masyarakat dalam membangun dan meningkatkan ekonomi dan
pendapatan masyarakat didaerah Agam, Bukittinggi dan sekitarnya. Menyadari
betapa pentingnya peranan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan sesuai dengan usaha dan fungsi
bank walaupun menghadapi persaingan yang sangat tajam dalam menghimpun dana dan
menyalurkan kembali
4.2 Temuan
Statistik
Untuk menganalisa
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini maka dapat dilakukan dengan melihat :
1. Nilai koefisien korelasi ( r )
2. Nilai F hitung di bandingkan dengan nilai
F tabel
3. Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t
tabel
4. Nilai signifikan ( Sig ) dibandingkan
dengan taraf kesalahan
dimana :
F Hitung yang digunakan untuk menguji apakah model persamaan Y = a + b1x1 +
b2x2 yang dajukan
dapat diterima atau tidak. Caranya dengan membandingkan f -hitung dengan f-
tabel. Jika f hitung > f tabel, maka model yang didapatkan dapat diterima
dan sebaliknya .
-
Nilai
tingkat kesalahan ( alfa ) yang digunakan dalam analisis ini adalah 5 % ( 0,05
)
-
f-
tabel dapat dilihat pada alfa 0,05 dengan derajat bebas pembilang = (k-1) = 3-1
= 2
Derajat penyebut = ( n – k ) = 5-3 = 2
f-tabel 0.05 (2;2) = 19,00
-
T
tabel dapat dilihat dengan derajat bebas = n – k
n = jumlah sampel dalam hal ini adalah tahun = 5 tahun
k = jumlah variable yang diteliti =
3
sehingga derajat bebasnya adalah = 5 – 3 = 2, karena uji dilakukan dua
sisi, maka t tabel dengan alfa 0,025
adalah t (0,025;2) = 4,303
4.2.1
Pengaruh Realisasi Kredit (X1)
Terhadap Tingkat profitabilitas
(Y)
Pada gambaran umum
perusahaan telah dikemukakan bahwa BPR
Padang Tarab merupakan bank BPR yang sudah lama berdiri. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank, salah satunya Realisasi
Kredit.
Dalam menganalisa pengaruh Realisasi kredit terhadap tingkat
profitabilitas ini, maka variabel
lainnya dianggap konstan. Begitu juga situasi diluar lingkungan
perusahaan seperti keadaan ekonomi, kemampuan konsumen/, kebijaksanaan
pemerintah, tingkat pendapatan dan hal lainnya.
Untuk menganalisa
pengaruh Realisasi Kredi
terhadap tingkat profitabilitas dengan formula Y = a + bX1. Dari analisa yang telah dilakukan dengan
menguakan bantuan SPSS pada lampiran I
didapatkan data sebagai berikut:
Y = 10038,132 + 0,043 X
|
|||
a
|
b
|
r
|
t
|
10038,132
|
0,043
|
0,967
|
6,610
|
Persamaan diatas diatas
dapat diartikan, bila Realisasi kredit tidak ada maka tingkaat profitabilitas
bank adalah sebesar 10038,132 rupiah,
jika Realisasi kredit ditambah sebesar satu satuan rupiah (1,-) maka akan terjadi peningkatan rofitabilitas sebesar
0,043 rupiah. Jadi jumlah kredit
yang diberikan mempengaruhi tingkat profitabilitas sebesar 0,043 rupiah. Untuk melihat kuat tidaknya hubungan antara variabel jumlah Realisasi Kredit (X1) dengan tingkat
profitabilitas (Y) dapat dilihat pada lampiran dan ternyata Koefisien korelasi
(r) sebesar 0,967, hubungan antara
variable realisasi kredit (X1) dan tingkat profitabilitas (Y) sangat
kuat yang positif. Korelasi antara variable dependen dengan independent
bersifat positif. Artinya, jika nilai X naik maka akan merespon kenaikan nilai
Y. Kemudian bila diihat dari koefisien determinasi (r2) sebesar 0,963, artinya bahwa 96,3% tingkat
profitabilitas dipengaruhi Realisasi kredit sedangkan 3,7 % karena faktor-faktor lain
Sedangkan untuk menguji hipotesa dapat digunakan Uji-t.
Bila Uji-tmendapatkan hasil yang lebih besar dari t - tabel, maka berarti
terdapatnya hubungan nyata antara realisasi
kredit dengan tingkat profitabilitas,
artinya realisasi kredit berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhsn profitabilitas.
Dari perhitungan yang terdapat pada lampiran didapatkan t - hitung = 6,610 dan t - tabel adalah 4,303.
Dengan demikian hasil t - hitung lebih besar dari t - tabel (6,610 > 4,303
) , maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel realisasi kredit yang
diberikan mempengaruhi tingkat profitabilitas
secara signifikan Jadi dengan demikian hasil analisa menunjukkan bahwa
hipotesa dari penelitian ini diterima.
4.2.2
Pengaruh Simpanan Pada
Bank Lain (X2) Terhadap Tingkat profitabilitas (Y)
Dalam menganalisa
pengaruh dan hubungan antara simpanan pada bank lain terhadap tingkat
profitabilitas BPR Padang Tarab. Untuk itu penulis melakukan beberapa analisa
yang diperlukan dengan menggunakan bantuan SPSS yang mana hasil-hasil tersebut
dapat dilihat pada lampiran II.
Untuk menganalisa
pengaruh simpanan pada bank lain
terhadap tingkat profitabilitas dengan formula Y = a + bX2. Dari analisa yang telah dilakukan dengan
menguakan bantuan SPSS pada lampiran I
didapatkan data sebagai berikut:
Y = 58069,824 + 0,072 X
|
|||
a
|
b
|
r
|
t
|
58069,824
|
0,072
|
0,768
|
5,079
|
Persamaan diatas diatas
dapat diartikan, bila simpanan pada bank lain tidak ada maka tingkat profitabilitas
bank adalah sebesar 58069,824 rupiah,
jika simpanan pada bank lain ditambah sebesar satu satuan rupiah (1,-) maka akan terjadi peningkatan profitabilitas
sebesar 0,072 rupiah. Jadi jumlah simpanan pada bank lain mempengaruhi
tingkat profitabilitas sebesar 0,072 rupiah.
Untuk melihat kuat tidaknya hubungan antara variable jumlah Simpanan pada bank lain (X2) dengan tingkat
profitabilitas (Y) dapat dilihat pada lampiran dan ternyata Koefisien korelasi
( r ) sebesar 0,768 hubungan antara
variable simpanan pada bank lain (X1) dan profitabilitas (Y) masih cukup
kuat. Korelasi antara variable dependen dengan independent bersifat positif.
Artinya, jika nilai X naik maka akan merespon kenaikan nilai Y. Kemudian bila
diihat dari koefisien determinasi ( r2 ) sebesar 0,590, artinya bahwa hanya 59,0% tingkat profitabilitas
dipengaruhi simpanan pada bank lain sedangkan 41,0 % karena faktor-faktor lain
Sedangkan untuk menguji hipotesa dapat digunakan Uji-t .
Bila Uji-t mendapatkan hasil yang lebih besar dari t- tabel, maka berarti
terdapat hubungan nyata antara simpanan
pada bank lain dengan tingkat
profitabilitas, artinya simpanan pada bank
lain berpengaruh signifikan terhadap tingkat
profitabilitas. Dari perhitungan yang
terdapat pada lampiran didapatkan nilai t - hitung = 5.079 dan t - tabel adalah 4,303. Dengan demikian hasil t - hitung
lebih besar dari t - tabel ( 5.079 > 4,303
) , maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel simpanan pada bank lain
mempengaruhi tingkat profitabilitas secara
signifikan. Jadi dengan demikian hasil analisa menunjukkan bahwa hipotesa dari
penelitian ini diterima.
4.2.3
Pengaruh Realisasi Kredit
(X1( dan Simpanan Pada Bank
Lain (X2) Terhadap Tingkat profitabilitas (Y)
Dalam menganalisa
pengaruh realisasi kredit dan simpanan
pada bank lain terhadap tingkat
profitabilitas ini, maka variabel lainnya dianggap konstan. Begitu juga situasi
diluar lingkungan perusahaan seperti keadaan ekonomi, , kebijaksanaan
pemerintah, provisi, administrasi kredit dan hal lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)